Notification

×

Jailani Tong : Esensi Idul Adha

Rabu, 13 Juli 2022 | Juli 13, 2022 WIB

jailani_tong
Penulis: Jailani Tong, M.Pd

MATALINENEWS.COM- Umat muslim di seluruh penjuru dunia termasuk di Indonesia memiliki beberapa hari besar. Semua hari besar tersebut memiliki makna dan sejarahnya tersendiri. Salah satu diantara hari raya besar umat muslim yang memiliki makna dan sejarah adalah hari raya idul adha


Seringkali kita jumpai di tengah masyarakat, kata "idul adha" diganti dengan istilah "hari raya qurban". Istilah tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa telah terjadi sebuah peristiwa besar yang bersejarah dan sarat dengan makna yaitu peristiwa dimana Nabi Ibrahim diminta oleh Allah untuk menyembelih putranya yaitu Nabi Ismail. 


Menyelami cintanya Nabi Ibrahim kepada Allah dalam peristiwa qurban. Hari raya idul qurban tidak mungkin akan bersejarah, jika kisahnya Nabi Ibrahim dan putranya yaitu Nabi Ismail tidak terjadi di masa itu. 


Nabi Ibrahim adalah salah satu Nabi yang mendapatkan ujian oleh Allah seperti Nabi lainnya. Salah satu ujian terberat yang Nabi Ibrahim dapatkan dari Allah adalah harus menyembelih putranya yang tercinta. Dalam sejarah islam, dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim baru dikaruniakan seorang putra yaitu Nabi Ismail setelah sekian lama tahun ia berdoa kepada Allah. 


Ketika usia Nabi Ismail beranjak 14 tahun, Allah perintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya Nabi Ismail lewat sebuah mimpi. Oleh karena Nabi Ibrahim selalu taat kepada perintahnya Allah, sehingga perintah tersebut langsung dilaksanakan olehnya. Itu sebabnya, Nabi Ibrahim dijuluki sebagai Al Khalil, karena;


Pertama, Nabi Ibrahim selalu mendahulukan perintah Allah daripada perintah lainnya. Layaknya kepada seorang kekasih, Nabi Ibrahim selalu mendahulukan kepentingan Allah daripada yang lain. Hal ini tercermin ketika Nabi Ibrahim diperintah Allah untuk menyembelih anaknya sendiri, Ismail, dan 


Kedua, Nabi Ibrahim selalu bertawakal kepada Allah. 


Jika kita adalah Nabi Ibrahim, sungguh berat untuk melaksanakan perintah Allah tersebut, sebab buah hati yang sekian lama kita nantikan, akhirnya diperintahkan oleh Allah untuk disembelih. Sungguh mustahil bisa dilaksanakan perintah tersebut oleh manusia biasa seperti kita, sehingga ujian tersebut Allah berikan kepada Nabi Ibrahim agar kisahnya dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga di dunia ini. 


Jika kita adalah Nabi Ismail, sungguh berat untuk menerima takdir tersebut bahwa harus disembelih pada usia yang 14 tahun. Usia dimana seorang anak sudah mulai menikmati indahnya kehidupan dunia dengan segala kemewahannya. Oleh karena Allah tau hanya Nabi Ismail yang dapat menerima takdir tersebut sehingga ujian itu dititipkan kepadanya. 


Dari peristiwa Nabi Ibrahim dalam sejarah "qurban" mengajarkan kita beberapa hal, Pertama, Ibrahim benar-benar sosok seorang Nabi. Jika Ibrahim adalah sosok manusia biasa maka ia tak mampu dapat melakukan perintah Allah, 


Kedua, lewat peristiwa "sembelih" Allah ingin menyampaikan bahwa semua kepunyaan kita termasuk anak adalah milik Allah dan kapanpun Allah bisa mengambilnya kembali, dan


Ketiga, cinta hanya semata-mata kepada Allah bukan kepada yang lain termasuk anak, harta, tahta dan kedudukan, sehingga suatu saat nanti ketika Allah mengambilnya kita tetap bersabar. 


Ismail Masa Kini


Di zaman serba modern seperti saat ini, tidak perlu menunggu waktu lama seperti Nabi Ibrahim menunggu kehadiran Ismail, sebab perkembangan teknologi membuat semuanya menjadi lebih mudah termasuk urusan keturunan.


Ismail adalah titipan Allah kepada Nabi Ibrahim setelah sekian lama tahun ia berdoa kepada Allah. Itu artinya, Ismail begitu berharga keberadaannya dalam kehidupan Nabi Ibrahim. Demikian halnya juga dengan kita saat ini, apapun yang Allah titipkan kepada kita, itu adalah Ismail. 


Mungkin Ismail kita saat ini adalah harta yang Allah titipkan dan sebelum diambil kembali oleh Allah maka gunakanlah untuk jalan Allah. 


Mungkin Ismail kita saat ini adalah ilmu yang Allah titipkan, sehingga sebelum Allah cabut ilmu tersebut, gunakanlah untuk kebaikan bukan untuk membodohi orang lain.


Mungkin Ismail kita saat ini adalah kedudukan dan jabatan, oleh sebab itu sebelum Allah cabut itu semua, maka gunakanlah kedudukan dan jabatan tersebut untuk membantu banyak orang bukan golongan dan kelompokmu sendiri. 


Sesungguhnya Allah perintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya Nabi Ismail dalam peristiwa sejarah qurban adalah menyembelih dari "kepemilikannya" atau dengan kata lain bahwa apa-apa yang kita miliki termasuk anak, harta, kedudukan dan jabatan sejatinya adalah milik Allah semata. 


Selain itu, peristiwa qurban juga dapat kita maknai sebagai sebuah peristiwa yang mana kita diminta oleh Allah untuk menyembelih semua sifat-sifat "hewani" yang melekat dalam diri kita. Ini adalah salah satu alasannya, mengapa qurban harus menggunakan "hewan" dan bukan "tumbuhan" karena sesungguhnya yang memiliki sifat SERAKAH, SOMBONG, dan RAKUS hanyalah "hewan". 


Penulis: Jailani Tong, M.Pd