Notification

×

Perempuan dan Resolusi Konflik

Senin, 18 April 2022 | April 18, 2022 WIB

rusli_hereng
Penulis: Rusli Hereng

MATALINENEWS,- Manusia pada umumnya dikodratkan sebagai makhluk yang sempurnah. Terlepas dari tabiat dan sifatnya, manusia memiliki jenis kelamin Laki-Laki dan Perempuan. Ini menjadi pembeda juga sebagai sala satu atribut dan identitas. Identitas Laki-Laki dan Perempuan berlaku dalam setiap hubungan sosial juga dalam rumpun keluarga dan dunia kerja. Dalam hubungan sosial, peran laki-laki dan perempuan sangat berbeda. Laki-laki menduduki posisi lebih tinggi dari pada perempuan. 

Begitu juga dalam rumpun keluarga,di Wilayah dan tempat tertentu, kondisi ini sepertinya tetap terjaga dan tumbuh subur dikalangan masyarakat. Pada tingkatan-tingkatan sejarah, hal yang serupa pernah menjamuri pemikiran dan kedukan perempuan dalam pandangan sosial yang terjadi pada masa penjajahan. Dalam konteks sosial budaya masa Hindia-Belanda, ada faham feodal, Patriarkhi dan Doktrin Agama yang justru menempatkan perempuan pada level yang paling rendah.

Namun di zaman sekarang, kondisi ini tentu berbeda. Perempuan menduduki posisi lebih tinggi dari laki-laki. Misalnya dalam ranah organisasi, banyak perempuan sebagai seorang manager yang memiliki kemampuan tatakelolah organisasi yang jauh lebih baik. Dalam dunia perpolitikan internasional, banyak perempuan-perempuan handal yang mengambil langkah untuk terjun dan berjuang dalam dunia politik dan masih banyak deretan perempuan lainya memiliki semangat yang sama. Kondisi ini diperkuat oleh jejak-jejak historis bangsa Indonesia. Perempuan-perempuan hebat yang lahir dari rahim Ibu Pertiwi telah banyak menorehkan kontribusi terhadap Negara dalam kanca perpolitikan nasional. Misalnya, perempuan hebat yang pernah menjadi orang nomor satu direpublik ini yang merupakan anak kandung dari sang revolusioner bangsa  merepresentasikan dan membuktikan bahwa tidak ada sekat ataupun batasanproses antara laki-laki dan perempuan. Banyak tokoh perempuan masa penjajahan sepertiRA. Kartini yang dengan adagiumnya “Habis Gelap Terbitlah Terang”yang dinobatkan secara populer sebagai tokoh emansipasi wanita jugatokoh perempuan yang  memiliki gagasan anti-tesis terhadap kekangan sistem feodal dan kolonial yang menghambat kemajuan bangsa pribumi Indonesia.

Indonesia menelurkan banyak perempuan-perempuan hebat yang menjadi kebanggan tersendiri dalam sepak terjang perjuangan Bangsa. AdaRaden Ayu Lasminigrat, Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Dewi Sartika yang telah berjuang melawan penjajahan dengan caranya masing-masing. Perempuan-perempuan lainya yang dengan semangat dan kegigihanya mengangkat senjata melawan penjajah dimedan perang. Ada pula yang mengambil jalan perlawanan sebagai seorang parlementer jalanan; sebagai orator ulung dijalanan yang memegangmegapone dengan semangat kepalan tangan dan suaranya yang lantang meneriakan arti kata perlawanan kepada rezim yang mengintimidasi. Jiwa-jiwa revolusioner yang tertanam dalam diri perempuan-perempuan tangguh tersebut menjadi panutan dan suri tauladan yang baik untuk generasi perempuan hari ini dan akan datang.Meskipun perempuan telah berada di garis depan perjuangan, memimpin pemberontakan hak atas tanah dan menggaungkan gagasan kesetaraan gender juga sebagai Ibu yang baik untuk anak-anak dalam sebuah rumpun keluarga, perempuan cenderung  diletakan sebagai korban kekerasan seksualitas, kekerasan gender dan kekerasan rumah tangga. Terlepas dari kerentanan individual dan peran gandanya, perempuan juga tengah berada dalam pusaran konflik yang sering terjadi.

 

Istilah Konflik secara etimologis berasal dari bahasa Latin “Con” dan “Fligere” dimana “Con” sendiri diartikan sebagai bersama, sedangkan “Fligere” memiliki artian benturan atau tabrakan.Konflik pada dasarnya sering dimaknai sebagaisebuah benturan atau gesekan sosial yang terjadi antara satu orang atau satu kelompok dengan kelompok lainya. Dalam perspektif organisatoris, Konflik sering kali didesain sebagai upaya perampingan struktural. Selain itu dalam skoop masyarakat, konflik berjalan seiring dengan pola dan perkembangan serta ritme dalam dinamika masyarakat tersebut. Oleh karena itu konflik kadang bersifat dinamis dan menjadi sebuah proses pendewasaan diri. Dinamika konflik sering menyebabkan kaum perempuan yang lebih banyak merasakan dampaknya. Kaum perempuan terkadang hanya menjadi seorang tawanan dalam situasi yang sering terjadi konflik juga sebagai obyek yang mengalami kerugian dan kekerasan dari segala aspek.  Hanya mayoritas laki-laki yang diutamakan dan kerap kali diikut sertakan seolah sebagai seorang tentara dan relawan perang. Padahal ada kekuatan yang luar biasa dibalik sosok seorang perempuan. Perempuan cenderung lebih tenang dan lebih fokus dalam mengambil sebuah tindakan dan keputusan dalam proses penyelesaian konflik. Selain itu, perempuan menjadi sosok yang dapat diandalkan dan sebagai mediator tunggal dalam menghadirkan berbagai macam solusi penyelesaian konflik.

Perempuan sebagai aktor Resolusi Konflik

Pada tiap-tiap proses yang sering terlewatkan, peran perempuan sangat strategis dalam hal menyelesaikan persoalan-persoalan yang fundamental. Persolan-persoalan sebagaimana yang dimaksudkan seperti persoalan keluarga, persoalan organisasi, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, bahkan dalam urusan konflik sekalipun, intervensi perempuan sangat dibutuhkan untuk mencairkan suasana. Artinya bahwa kehadiran perempuan ditengah-tengah konflik menjadi sesuatu yang di utamakan bukan semata-mata untuk kepentingan perempuan saja melainkan kehadiran perempuan sebagai sosok yang membawa sebuah perdamaian.  Jika berkaca pada catatan dan kekerasan yang kian panjang, kehadiran perempuan menjadi sebuah kesadaran dan upaya untuk menahan laju kerusakan yang diakibatkan oleh konflik.

Aktor yang terlibat dalam proses resolusi konflik  tidak terlepas dari peran perempuan dalam sebuah sistem sosial. Segala bentuk intervensi yang dilakukan oleh perempuan tentunya memiliki pengaruh nilai dan norma yang bermuara pada kepentingan dalam menjalankan peranya juga perempuan menjadi pelaku utama dalam proses resolusi konflik. Resolusi konflik atau yang dalam bahasa inggris biasa disebut dengan Conflict Resolution memiliki berbagai definisi yang sangat luas. Salah satu definisi dari resolusi konflik ini dikemukakan oleh Levine melalui Webster Dictionary.Menurutnya, resolusi konflik ini merupakan suatu tindakan penghapusan, pemecahan serta penguraian suatu masalah (Levine, 1998).Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Levine, ahli lain yaitu Weitzman dalam Morton and Coleman (2008) mengartikan resolusi konflik sebagai sebuah tindakan pemecahan masalah yang dilakukan secara bersama (solve a problem together).

Peran perempuan dalam resolusi konflik dapat dimaknai sebagai sebuah tameng demi keamanan dan kedamaian. Jika ditelusuri dari beberapa deretan konflik yang sering terjadi juga dari beberapa hasil penelitian mengenai peran perempuandalam resolusi konflik; pecahnya konflik di suatu wilayah ini juga menimbulkan berbagai kerugian bagi masyarakat setempat. Tidak sedikit yang kehilangan pekerjaan, keluarga bahkan nyawa karena adanya konflik tersebut.Eksistensi perempuan sebagai personel pembawa perdamaian akan memberikan andil besar terhadap keberhasilan dalam proses resolusi.Artinya bahwa perempuan juga dinilai lebih peka karena perananya dalam kontruksi sosial yang memberikan pengaruh dan dampak signifikan.Oleh karena itu partisipasi dan kelibatan perempuan dalam melakukan advokasi, mediasi juga negosiasi dalam konflik dinilai menjadi unsur yang sangat penting untuk mendorong terciptanya sebuah perdamain.

Penulis: Rusli Hereng