Notification

×

Menjadi Jurnalis Handal di Tengah Era Digitalisasi

Rabu, 09 Februari 2022 | Februari 09, 2022 WIB

sudarjo_abd_hamid_hpn_2022
MATALINENEWS.COM- Hari ini merupakan  jatuh tempo Hari Pers Nasional (HPN), yang di tandai dengan Konvensi Nasional Media Massa yang digelar di Kendari. Rabu, 09/02/2022 

Dalam kegiatan tersebut Menko Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Mahfud MD) menyatakan jika ingin terus berkelanjutan dan dipercaya publik, seharusnya pers tidak mempraktekan jurnalisme yang menggampangkan  proses dan menurunkan kualitas. Misalnya menulis tanpa konfirmasi, menulis secara sepihak atau tidak cover both sides memberi pemikiran keliru mengejar klik ( Click Baut), dan membuat judul berita yang menggoda namun melenceng dari makna. Kutipan penulis pada konten berkualitas, daya hidup media massa. 

Jurnalis  dalam kamus Indonesia adalah orang yang bekerja mengumpulkan dan menulis berita dalam surat kabar. Jurnalis boleh di sebut wartawan, boleh juga pers. Walau berbeda kata namun poksi kerja tidak berbeda. Undang-undang melindungi profesi tersebut baik secara pribadi maupun korps pers. Sehingga mereka boleh menjalankan seluruh aktifitas dalam mengumpulkan, meliput hingga merilis menjadi utuh dalam sebuah Media, menyajikan menu warta yang menarik dan terupdate sosial, dijalankan sesuai koridor dan amanah undang-undang yang berlaku. Sehingga seorang jurnalis harus paham terkait tekhnis menjadi seorang pers yang di rindukan. 

Menjadi seorang jurnalis yang handal, harus memiliki beberapa criteria

Pertama Integritas. Dalam bahasa agama, penulis sering menyebutkan Sidiq. Seorang jurnalis harus mempunyai jiwa yang jujur, karena dalam menjalankan peliputan sebuah berita, nilai kejujuran harus dikedepankan. Baik itu kepada responden maupun kepada diri sendiri. 

Kehidupan digitalisasi akhir-akhir ini mampu mempengaruhi integritas seseorang, pengaruhnya cukup besar dalam sajian- sajian konten yang tak bermanfaat dan bertentangan dengan nilai serta norma orang Indonesia. Sehingga kejujuran harus dikedepankan, dan menjadi hal paling urgen dalam penyajian warta pada tiap lembaran Media. Hal tersebut menjadi penting dalam mewujudkan mutu sebuah pemberitaan. 

Jikalau seorang wartawan tidak memiliki integritas pribadi, maka lambat laun tingkat kepercayaan  publik akan menurun sampai titik nol. Bagaimana seorang jurnalis bisa mengawasi mobilisasi, interaksi komonitas sebuah tempat? Sementara integritas yang dimiliki meragukan. Bisa saja tingkat kepercayaan akan berdampak buruk pada Media, yang memiliki insan pers yang tidak berintegritas. 

Kedua Kredibilitas. Perihal dapat dipercaya oleh publik dalam menjalani tugas secara lugas dan baik dan terciptanya rasa saling percaya antara beberapa pihak, tergantung sejauh mana rasa percaya ( Amanah), seorang jurnalis benar-benar menujukan keyakinan kepada massa, bahwa segenap ulasan berita yang termuat merupakan benar- benar terpercaya. Sehingga pantang seorang wartawan mengada- adakan berita yang tidak berimbang dan tidak akurat. Harus menciptakan keyakinan kepada orang lain, maka rasa percaya dan yakin akan kiprah sebuah pers akan lebih terjaga kualitas pemberitaannya. 

Ketiga Realistis. Kenyataan lapangan, masyarakat ( publik) sangat doyan dengan tajuk informasi yang nyata terjadi. Media tentunya memiliki etika serta adab di lapangan dalam meliput sebuah peristiwa. Proses peliputan hingga penyajian melalui proses profesional dalam bekerja hingga bisa dipertanggungjawabkan. Kadang kesesuaian berita dengan kenyataan dilapangan selalu bertolak belakang.  Jurnalis diharapkan bisa menjadi penghubung / media komunikasi sosial yang baik, bukan jembatan penyebrangan berita Hoax dan konten yang tak beredukasi. 

Keempat Demokrasi. Hal yang juga harus dimiliki wartawan adalah nilai demokrasi. Persamaan hak dan kewajiban harus balance di gerakan. Hari hari seorang pers selalu bergelut dan interaksi sosial dilingkungan masyarakat. Saya katakana Jurnalis bagi penulis adalah Intelnya Media sosial. Kenapa? Karena kondisi apapun dilapangan/kehidupan sosial, seorang wartawan harus bergumul dan terjun langsung kesana, untuk memperoleh gejala sosial yang berlangsung. 

Hak dan kewajiban harus beriring jalan. Contoh, mewawancarai antara pelaku dan korban harus benar-benar berimbang, karena menyimpulkan dua sisi berita yang berbeda adalah kesulitan bagi pers, sehingga memperlakukan kesamaan dalam hak dan kewajiban, perlu di jalankan demi berimbangnya sebuah tajuk berita yang dirilis. 

Kelia Profesional. Seorang jurnalis harus memiliki kepandaian khusus dalam menjalankan profesi kewartawanan. Dalam agama sering di sebut jurnalis yang fathonah. Cerdas dalam peliputan, penyajian harus terbaca dalam muatan muatan berita, agar terasa nikmat hingga ke pembaca. Mutu sebuah berita tidak terlepas dari fathonah seorang pers. Daya hidup media tetap terjaga, marwah warna karya tetap mengalir alami, bila mampu menjalani tugas pengabdian dengan baik dan profesional. “Cerdas bermakna beradab dan beretika”, Media masa harus hidup berkelanjutan dan berdampingan, Media akan besar dan kokoh, apabila memiliki awak yang benar benar kompeten dan profesional. 

Uraian kriteria diatas, bukan menjadi sebuah standar yang harus dimiliki seorang jurnalis, namun hanya menjadi tambahan untuk melengkapi dalam berjurnalis. Kehidupan kekinian ditengah era digitalisasi, seorang wartawan bisa di demo, dilaporkan dan di aniaya, apabila tidak menempatkan diri pada posisi sebenarnya. Era digital ini sangat terbuka dan cepat terekam hal- hal faktual. Sehingga gunakan Media sesuai standar operasional, agar bulliyan, cacian serta aksi saling melukai terhadap insan pers, dapat terhindar secara menyeluruh. 

“Selalu bersemangat dalam berkarya, menjadi garda depan demokrasi, dan corong nurani publik”. Selamat hari Pers Nasional, wujudkan pers sehat merdeka dan Demokrasi. 

Penulis: Sudarjo Abd Hamid 

KUNJUNG CHANEL MATALINENEWS 👉 KLIK DISINI