Notification

×

PENCANANGAN DESA SADAR KERUKUNAN

Minggu, 19 Desember 2021 | Desember 19, 2021 WIB


pencanangan_desa_sadar_kerukunan
MATALINENEWS.COM, Lembata- Ungkapan Agung Menggoda dalam Panggilan, Mengajak Berduyun Menuju Negeri Leluhur Uyelewun, Pautkan Hati Satukan Jiwa Kumpul Raga dalam Perbedaan. Menyongsong Kedamaian oleh Prasasti Sadar Toleransi, Diatas Punggung Hoe’lamadike Lamun Lama Lete,Lea’ Lamamengi Lingir Lama Dale , Selamat Datang Bapak Kabag Tu Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi NTT, Bapak Bupati Lembata dan Para Undangan Sekalian yang Berbahagia. Salam Hadir di Tapak Leluhur Uyelewun, Negeri Mahar Gading, Sejuta Gong Gendang Bunyinya Bertalu Talu Saling Sahutan, Mengiring Tarian  Para Dayang  Soka Hora’ Ame’ Soya’ Udu’ Wido Tebe’ Lipu.

Hoelea’ adalah Pilihan Tepat Sebagai Pusat Persaudaraan di Bumi Paus. Dan Merupakan Irisan Budaya Uyelewun, Memiliki Kampung Lama Sebagai Embrio Awal Dorong Dope’ Dan Memiliki Pantai Penghasil Nutrisi Laut, Ote Leu Ole Wata Pai’ La’ Ruen Lata, Iselang Sarani Pute’ Hereng, Tebe’ Tubi Mader Dereng.

Lapa’ Sain Tarang Bayan Dikemengi  Telah di Rintis  oleh Leluhur Tepatnya Tanggal 0 Bulan 0 Dan Tahun 0, di Pelataran Alang Riang Leu Puhe Alang Aya’  Tempat Awal Mula Peradaban di Rintis Toleransi 0leh Pahlawan Leu Au’. Tugu Kerukunan Tambat  di Tanah Persaudaraan, Terapit Apik oleh  Kapela dan Masjid di Kala Itu.

Penandatanganan prasasti kerukunan oleh Kabag TU Kanwil kemenag Prov NTT
Kini Pengukuhan oleh Negara Atas Pengakuan Seluruh Mata yang Melihat dan Seluruh Telinga yang Mendengar, Hoelea’ adalah Basis Perdamaian, Representatif Lembata dalam Merawat  dan Memupuk Kesentosaan, Rakyat Berkerukunan Umat Saling Memupuk dalam Rasa, Karena Kita adalah Satu, Satu Nasab Satu Bangsa “ Tein Peting Lota’ Lota’, Nawal Howe’ Mawu Mawu

Paroki Salib Suci Santu Yusuf, Masjid Nurul Huda, Darul Islah,Nurul Islam. Sekolah Dasar Katolik Dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Lembata,  Adalah Aset Mahal Ritual Rohani dan Safari Pendidikan, yang Berdiri Kokoh Diatas Pangkuan Prasasti Kerukunan Hoelea Omesuri. Sarana Yang Dimiliki Dengan Ketinggian Budi dan Keagungan Karya, Berdampingan Saling Mengisi, Memanggil Saling Bersahut, Bergandeng Beriring Jalan.

Mari Kita Moderasi Bergama, Hoelea Adalah Contoh  Desa Sadar Akan Toleransi Antara Umat Bergama. Menjunjung Nilai Perbedaan, Menanamkan Batang Kerukunan Hingga Menghujam Akar Kedamaian, Tumbuh Mekar Berseri, Berbunga Mengharum Dan Berbuah, Agar Gapaian Diksi “Ote’ Nema Lolondolor, Wau Nema Bare Hanger”  Dapat Keciprat Oleh Kita Secara Utuh

Gaungkan Toleransi Bahanakan Kerukunan, Agar Semesta Mampu Terangsang Oleh Lumatan-Lumatan Kedamaian Yang Kekitaan. Berbhineka Tunggal Ika Dari  Sumba Bumi Merapu Ringkikan Sandelwood, Dan Dari Lembata  Negeri Semburan Ikan Paus, Untuk Flobamora Bo Lele Bo.

Mari Kita Galang Persatuan Dan Kesatuan Dari Uyolewun Leuhoe’ Untuk Lembata Hele Ro. Flobamora Bumi Titen Adat Lera Wulan Tanah Ekan

Mungkin Aku Hidup Tanpa Udara, Tanpa Air, Tetapi Tak Ada Jalan Bagi Ku Hidup Tanpa Tuhan. Apabila Engkau Mencabut Kedua  Mata Ku, Engkau Potong Hidung Ku, Engkau Tak Dapat Membunuh Aku. Akan Tetapi Apabila Engkau Mencabut Keyakinanku Tentang Tuhan, Berarti Engkau Telah Mencabut Jiwa Dan Kehidupanku. (Mahatma Gandhi)

Sapaan awal terungkap dalam prolog menuju  acara lanjutan di halaman MIN I Lembata, oleh Saudara Sudarjo Abd hamid, menyapa kepada seluruh undangan dalam bait-bait motivasi, dengan ungkapan kombinasi khas Uyelewun, yang telah mengambil bagian dalam menyukseskan program Kanwil Kementrian Agama tersebut pada Sabtu, 18/12/2021.

Acara penjemputan Kabag TU Kanwil Kementrian Agama NTT beserta rombongan, di arahkan menuju rumah suku Leuhoe’, di tandai dengan diberi sarung adat oleh sesepuh suku tersebut, untuk di pakai menuju tempat  prasasti Desa sadar kerukunan. Dalam perjalanan di iringi oleh tarian dan alat musik tradisional, yang merupakan kebiasaan turun temurun orang kedang dalam setiap momentum penting. Sesampai di tempat tersebut ada sapaan adat  Oi Song” (Ucapan selamat datang dalam bahasa setempat), kemudian di lanjutkan dengan suguhan siri pinang dan tembakau koli, kemudian dilanjutkan dengan pengalungan selendang, sebagai ungkapan rasa gembira kehadiran para tetamu. Dalam acara tersebut, di awali dengan doa oleh masing-masing agama, yakni Islam,Katholik serta Protestan. Kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan prasasti sadar kerukunan oleh Kabag TU Kanwil Kementrian Agama Profinsi NTT. 

Memilih Desa Hoelea menjadi Desa sadar kerukunan, merupakan tindakan tepat. Karena tempat tersebut telah di canangkan oleh para leluhur menciptakan kedamaian dan keharmonisan, tepatnya di “Leu Puhe alang aya’”. Alang merupakan pelataran luas untuk kegiatan/aktifitas masyarakat, yang dalam bahasa Jawa di sebut alun-alun. Tempat inilah para leluhur meletakan Lapa’ (sejenis batu ceper) sebagai simbol persatuan dan kesatuan umat. Disisi lain merupakan sentral peradaban yang menjembatani antara Langgar/Masjid Nurul Huda, dan Kapela/Gereja Santu Yusuf yang tempatnya sekarang di jadikan rumah-rumah warga samping Kantor Desa Hoelea 2. Inilah awal mula peradaban Hoe’ Lamadike, Lea’ lamamengi, sehingga layak Desa tersebut di jadikan acuan toleransi, karena mempunyai nilai historis dan sosiologis.

Usai penandatangan rombongan diarahkan menuju tempat seremonial lanjutan. Jubelan lautan manusia memadati lorong Desa tersebut, menuju halaman MIN I Lembata dengan jarak tempuh kurang lebih 15 menit berjalan kaki. Peluh keringat membasahi raga, pegal betis nyilu tungkai tak memadamkan heroik kebersamaan, bergandeng tangan berceloteh riang saling mengait jari, beriring jalan hingga berteduh di bawah tenda persatuan  tanpa sekat yang menghalang. Suasana kekeluargaan nampak terasa, kerukunan antar sesama terlihat oleh raut muka  yang syahdu, terasa harmonisasi lengkap dalam tiap denyut nadi.

Sebelum acara lanjutan di mulai, di suguhi oleh MC ibu IM Ni’mah, berupa hiburan dari siswa putri RA Darul Ilmi, dan siswi MIN I Lembata, dengan tarian yang cukup memukau undangan, yang merupakan gestur ucapan selamat datang para hadirin sekalian. Dan ungkapan terima kasih atas waktu serta kesempatan untuk hadir di tempat ini.

Acara penuh khidmat berjalan dengan sambutan awal oleh Bapak  Samanudin Mas’ud selaku Ketua LPA, mengisahkan perjalanan sejarah awal mula toleransi di bangun di kala itu. Kemudian sekapur sirih oleh  Kakan Kemenag Kab. Lembata H. Ishak Sulaiman,S.Ag, selanjutnya mewakili tokoh agama oleh Rm Sinyo Dagomes Pr, sambutan Bupati Lembata yang di wakili oleh Asisten I Setda Lembata Drs. Bala Warat Gabriel. Sambutan penutup oleh Kabag TU Kanwil Kemenag Prov NTT, H.Hasan Manuk,S.Pd.M.Pd, sekaligus menyerahkan piagam penghargaan Desa Sadar Kerukunan kepada Kepala Desa Hoelea’ 1 dan 2, acara berakhir dengan doa oleh Imam Masjid Nurul Huda Rahmat Taufik,S.Pd.

Rangkaian acara berakhir dengan sapaan terima kasih oleh MC dengan bahasa kedang “ Pan Me’e Mena Bale, Pua’ Ke’e Kena Banger, Be’ Uli’ Pua’ Alang Huang.

Penulis: Sudarjo Abd Hamid

Penyunting: Fathur