Notification

×

TIPE GURU KEKINIAN, FENOMENAL, PARLENTE DAN DENDEREO BUKAN GURU BAHENOL

Kamis, 25 November 2021 | November 25, 2021 WIB
sudarjo_abd_hamid
Penulis: Sudarjo Abd Hamid

MATALINENEWS.COM- Tipe Guru Kekinian, Fenomenal, Parlente, dan Dendereo Bukan Guru Bahenol (Catatan kritis pada momentum Hari Guru Nasional).

Lembaga Pendidikan adalah sebuah Institusi yang menghadirkan sebuah kehidupan, menyediakan ruang faedah sepanjang zaman. Sebagai pilar utama mencerdaskan kehidupan semesta agar keterbelakangan dan ketergantungan hidup mampu di eliminir hingga pada hujaman akar ketertinggalan. 

Program 3T merupakan jawaban pemerintah untuk pemerataan, yang merupakan salah satu upaya mensejajarkan kehidupan dari tingkat kota hingga pada kantong-kantong komonitas, yang belum terjamah oleh irisan roti pembangunan Bangsa. Momentum HGN ini, sengaja penulis mengangkat beberapa tipe Guru, sebagai bahan konteplasi person, selanjutnya menempatkan diri pada posisi mana, sebagai evaluasi dan refleksi secara pribadi dan sosial. Demi keberlangsungan kehidupan universal, yang tertuang pada falsafah Bangsa. 

Hidup dan kehidupan Guru terus di pacu sesuai ritme regulasi. Segala harapan ditambatkan, asa untuk mendidik dan membina peserta didik merupakan kapling utama yang perlu di ukur dijalankan sesuai proses alamiah tumbuh kembang siswa dalam satuan pendidikan. Kehadiran seorang anak manusia dalam menjalani kehidupan, di butuhkan pendampingan oleh sang Guru, agar upaya mengisi pembangunan dan kemerdekaan dapat digapai oleh seluruh komponen s.

Berbicara pendidikan tidak terpisah oleh eksistensinyanseoramh Guru, sehingga pendidikan akan melaju kencang bila Guru mampu memaknai Tutwuri Handayani, Ingarso Sungtulodo, Ingmadio Mangun Karso, Harus melekat dalam pori-pori pendidik, dan sebagai barometer Fit and Propertest, menjadi seorang yang benar-benar di gugu dan di tiru. Ibarat cermin persegi yang siap mengaca diri sebagai suri tauladan dalam membentuk karakter sebuah kehidupan. 

Kehidupan Guru kadang menjadi tak berarti, sering disudutkan hingga berbulan-bulan. Sanubari korps di catut oleh media, lantaran sikap Guru terbentuk hingga terbentur oleh nilai moral yang sesungguhnya. Sajian-sajian berita miring sang Guru yang telah dipoles oleh awak media kadang manjadi dilematis. Apalagi gorengan dengan tambahan bumbu spesial yang lezat dilumat oleh audiens. 

Cukup disayangkan atas moral Guru yang bergeser dari tapak sesungguhnya. Sehingga Guru kadang menjadi bahan ocehan dan cibiran orang. Ini menjadi pembelajaran sesungguhnya, sehingga Guru dituntut mempunyai jiwa Uswatun Hasanah (Berkepribadian yang Baik). Agar nama yang familiar dan di agung-agungkan tersebut tidak lagi di bully dan cacat di mata manusia dan Tuhan. Pergeseran nilai Guru inilah menjadi sorotan dan di hakimi hingga akhirnya mendekam dibalik jeruji. 

Seorang pengajar belum tentu seorang pendidik, yang diharapkan untuk Bangsa dan kehidupan sosial adalah semakin banyak kehadiran para pendidik bangsa, yang mampu mendidik generasi Indonesia dengan hati. Karena hati berbicara maka tidak ada yang susah. Sangat diyakini bahwa tidak ada murid yang bodoh, yang ada hanyalah Guru yang belum menemukan kunci, agar membuat anak menjadi cerdas berkarakter baik.

Ulasan ini dikutip oleh penulis, yang menjadi salah satu referensi, Bahwa kehidupan yang berkarakter sebuah Bangsa tergantung bagaimana cara mendidik dan membesarkan generasi. Sehingga Guru tidak boleh ketinggalan kereta, Guru tidak boleh lemah dalam eksistensinya. Karena Guru adalah manusia kuat, cekat visioner dan memiliki segudang amunisi cerdas, dan moral yang melangit, sehingga Guru sebagai patokan panutan sepanjang masa. 

Dalam tulisan ini, penulis ingin menyampaikan beberapa tipe Guru kekinian sebagai berikut. 

1. Guru Fenomenal. Dalam kamus KBBI bermakna luar biasa, hebat yang dapat disaksikan dengan panca indra. Artinya seorang Guru itu benar-benar nyata kehadirannya, dalam proses pembelajaran didalam kelas maupun luar kelas. 

Kehadiran Guru sangatlah berarti, sehingga harus menjadi ujung tombak dalam membingkai lingkungan menjadi berfaedah. Keluarbiasaan dan kehebatan Guru bukan hanya pada tataran metodologi dan skenario pembelajaran, akan tetapi lebih pada karakter baik dan keluhuran budi, menjadi publik figur untuk seluruh kalangan baik disekolah maupun kehidupan pranata sosial. Fenomenal yang lainnya adalah penguasaan IPTEK Kehidupan kini terkait administrasi telah berbasis data. Sehingga ia harus cepat beradaptasi dengan lompatan-lompatan ini. Sehingga secara moral dan intelektual berjalan seritme harapan. Guru harus pintar merasa buka merasa pintar. Cerdas merasa bukan merasa cerdas, dan hebat merasa bukan merasa hebat. Marilah jadikan diri kita adalah Guru yang fenomenal menjadi rintisan awal mencerdaskan anak Bangsa di ibu Pertiwi. 

2.Guru Parlente. Istilah ini cendrung bermakna konotasi negatif, karena pemaknaan orang Maluku, Parlente berarti ucapan yang tidak sesuai kenyataan. Tetapi istilah tersebut apabila dimaknai oleh orang Jawa dari bahasa Melayu, menyebutnya orang yang berpakaian bagus, necis dan modis. 

Kita mencoba runut pada bahasa Melayu untuk bisa rangkaikan,menjadi sebuah makna tipe Guru.

Casing/tampilan seorang Guru menjadi sebuah keharusan. Ia harus tampil elegan dan modis, agar tampilan tersebut menjadi panduan dan meniru, mencontoh apa yang telah ditampilkan. Guru harus terlihat anggun dengan balutan keki yang sepadan, rambut rapi yang dibanting dengan olesan Hair Oil yang mengkilap. Kemistri diperoleh dengan junjungan tas laptop Toshiba, fantofel berujung runcing ibarat pinisi tambat di Losari, aroma parfum casablanca yang menggoda. Apalagi dengan motor besar berkelas yang di modif jaman now, stang sedikit pendek sehingga terlihat seperti tengkurap sang Guru. Dengan android ternama di kantong baju yang memiliki belasan ram memori berkelas. 

Waoooow amazing sang Guru begitu parlente. 

Manfaatkan tunjangan profesi untuk merias diri anda. Jangan hanya untuk konsumsi pesta adat dan kebutuhan keluarga. Namun performen seorang Guru menjadi tangga dukung suri tauladan dan sosial. 

3.Guru Dendereo. Adalah kepanjangan dari Guru Dedikasi, Nilai dan Desain serta Reorentasi. 

Dedikasi seorang Guru adalah hal pokok, Pengorbanan baik tenaga fikiran serta waktu untuk sebuah keberhasilan harus menjadi landasan dalam mengembang amanah Bangsa. Menjadi Guru adalah panggilan jiwa. Sehingga dituntut ekstra atas tenaga fikiran serta waktu mendidik dan mengajar, apalagi jarak tempuh cukup jauh dengan medan yang cukup menantang. Menguji nyali sang Bolang menyusur hutan belantara, untuk sebuah harapan. Hibahlah dirimu untuk negeri, karena menjadi Guru adalah profesi mulia dalam beramal jariyah, yang terus mengalir tak putus-putusnya. Seorang Guru yang memiliki dedikasi itu, laksana matahari yang telah setia membagi cahaya kepada populasi bumi, terbit dan tenggelam sesuai kadarullah. 

Nilai adalah sebuah harga perjuangan yang begitu besar. Dipundak Guru menempel nilai-nilai kebaikan yang tak pernah pudah walau zaman terus berubah laju. Tawar dan tularkan nilai-nilai tersebut, agar kecemasan atas ketidakbecusan dalam bertugas bisa dianulir oleh kepribadian Guru yang benar-benar mahmudah. 

Desain merupakan kerangka/rancangan/pola dalam membentuk sesuatu, ini lebih kepada proses pembelajaran. Bagaimana desain Guru terkait RPP, KKM, bahan ajar, hingga pada penilaian dan evaluasi. Sehingga tuntutan kurikulum yang berdasar pada KI1, KI2, KI3 serta KI4 dapat tergapai sesuai harapan. Reorentasi dalam kamus bahasa Indonesia bermakna Peninjauan kembali. Artinya bahwa evaluasi diri atas segala proses pembelajaran, serta eksistensi Guru sewaktu-waktu harus ditinjau ulang, dalam hal evaluasi tingkat keberhasilan Guru dan siswa. Maka sewajarnya Guru melihat secara kedalam akan ketuntasan sebuah pekerjaan. Peninjauan kembali lebih pada pola pikir dan pola laku, sehingga jedah waktu akhir semester untuk bisa menata ulang segala perangkat, yang apabila sedikit bergeser dari titik tumpu utama. Guru yang selalu reorentasi diri dan lingkungan merupakan tipikal yang harus dipertahankan dan dilanjutkembangkan. 

4. Guru Bahenol. Tipe ini sengaja penulis memberi kepanjangan menjadi Bahan Evaluasi Nol. 

Tipe Guru ini sangat tidak diharapkan menjadi lilin dalam menerangi kegelapan malam. Kepribadian serta kehidupan sosial akan dinilai baik administrasi birokrasi maupun penilaian masyarakat. 

Sehingga Guru secara berkala tentunya harus terus berbenah dalam setiap kesempatan. Karena unsur penilaian PKG,PKB hingga SKP dalam jenjang kepangkatan selalu dilakukan penilaian. Yang ditakutkan kemudian adalah gelar Guru Bahenol menjadi sebutan untuk kita. Pada kesempatan ini sebagai hari refleksi para Guru, bahwa sejauh mana aku berjalan, dan setinggi apa capaian kualitas berkompetisi. Mari junjung sportifitas dalam bermain, kejujuran dan kerja keras, menjadi komponen penunjang untuk lebih maju dalam berkarya. 

Guru bagaikan pisau bedah, dan siswa adalah pasien rawat inap. Jikalau pasien takut terhadap pisau bedah sang dokter, maka nyawa pasien tersebut tidak bisa dipertahankan. Namun kalau si pasien tersebut berani dibedah untuk mengangkat segala keluhannya, Insa Allah pasien akan sehat dalam menjalankan tugas sehari-hari. 

Sehingga Guru dituntut secara performen dan kehati-hatian dalam menghadapi siswa. Siswa memiliki karakter yang berbeda, sehingga Guru dituntut memaknai secara menyeluruh. Sehingga bisa menjadi Guru Fenomenal Parlente dan Dendereo, bukan Guru yang Bahenol. 

Guru itu harus hadir nyata dengan tampilan-tampilan menarik, sehingga pengorbanan jiwa, tenaga serta waktu menjadi barometer penilaian, dalam merancang/memola sebuah kehidupan, agar bisa dilakukan uji petik kembali/evaluasi diri dan penilaian, agar seorang Guru dari hari ke hari dapat berbenah, dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang semesta, sehingga proses evaluasi tersebut bisa terhindar dari penilaian-penilaian diluar harapan bersama. 

Guru peduli cerdas kan anak negeri. 

Selamat hari Guru Nasional 

Semoga Guru semakin lebih baik secara kompetensi pribadi dan sosial, untuk Rahmatan lil alamin. 

Bergerak dengan Hati Pulihkan Pendidikan


Penulis: Sudarjo Abd Hamid, S. PdI (GPAI SDN Leuwalang kec. Omesuri, Lembata NTT)

Penyunting: Fathur